Sesampainya di
rumah setelah mengucakpkan salam dan memakirkan sepeda onthelnya, adit langsung
pergi ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah itu dia kembali menujun
sepedanya. “mau kemana dit? baru pulang sekolah kok sudah ngeloyor aja” Tanya ibu
adit. “hehe.. mau ke rumah galang bu..” jawab adit sambil mennyandarkan
sepedanya kembali. “makan dulu terus sholat baru pergi..” ujar ibu adit. Setelah
itu adit pergi untuk menuruti perintah ibunya. Setelah selesai dia meluncur
pergi, rumah adit dan rumahku cukup jauh karena rumah adit ada di sebelah utara
sekolahan dan rumahku di sebelah timur sekolah.
*
Setelah melewati
sekolah adit belok ke timur menuju rumahku, aku baru sampai rumah ketika ada
orang yang mengucapkan salam di depan pintu rumah, “assalamu’alaikum..
kulonuwun..”sedikit berteriak. “wa’alaikumsalam.. oalah.. ada apa baru pulang
sekolah sudah kesini?” ujarku. “aku minta tolong lang, bantuin buat layangan..
kamu kan jago..” jawabnya sambil ngeloyor menuju kursi. “dit.. dit.. baiklah
sebentar aku ganti baju dulu..” jawabku setelah berpikir sejenak.
“o.. ada nak
adit.. sudah lama?” Tanya ibuku ketika melihat adit berleha-leha di kursi. “hehe..
baru datang kok bu’..” jawabnya. “sudah makan belum?” Tanya ibuku lagi. “sudah
kok bu’..” jawab adit.”ya sudah ibu tinggal dulu..” ujar ibu sambil melangkah
pergi. “iya bu..” jawab adit.
Setelah sholat dhuhur
dan ganti baju aku mencari adit yang sudah tidak ada di kursi rumah, tidak lama
adit muncul, “dari mana dit?” tanyaku. “habis beli permen” jawabnya enteng. “ayo
berangkat..” ujarku. “mau kemana lang?” Tanya bocah gembrot ini penasaran. “cari
bambu dulu, di belakang..” jawabku sambil mengambil parang.
Kamipun pergi
ke belakang rumah, tidak jauh di belakang rumahku ada hutan jati yang tidak
terlalu luas, memang daerahku terkenal sebagai penghasil jati bahkan katanya
jati terbaik di dunia, entahlah aku tidak terlalu memikirkan. Setelah melewati
jati-jati yang berjejer rapi terdapat sawah hijau sejauh memandang, dan hanya
di batasi pohon-pohon besar yang menjadi pembatas pandangan mata.
Karena sekarang
musim kemarau hanya pemandangan hijau yang ada di sawah, dan semua sawah di
tanami tembakau yang tingginya bervariasi. Di sela-sela sawah yang luas
terdapat terdapat gerombolan-gerombolan pohon hijau tinggi yang terkumpul seakan-akan
seperti rapat pejabat. Berpencar-pencar seperti tempat untuk berteduh para
petani dan para burung. Di situlah tempat tujuan kami.
Setelah melewati
tembakau yang berderet-deret kamipun sampai di segerombolan bambu yang tinggi
menjulang, memang pohon yang satu ini tidak mengenal musim, entah musim kemarau
ataupun musim hujan sepanjang tahun dia akan selalu tumbuh, pohon abadi kata
ayahku. Kamipun mencari bamboo yang agak tua agar mudah untuk membuat layangan,
setelah ketemu aku memotong satu batang di ujung pangkalnya setelah itu kamipun
menariknya agar roboh dan membersihkan dahan-dahan dan daunya.
Setelah itu
kamipun membawanya pulang kerumah, di rumah kami memotongnya menjadi
bagian-bagian kecil dan memulai membuat layangan veteran, nama layangan yang
unik aku tidak tahu apa arti atau maksudnya. Ada banyak jenis layangan di dunia
dan masing-masing daerah memiliki ciri khasnya masing-masing.
Tidak terasa
waktu sudah mulai sore, setelah menyelesaikan pembuatan layangan akupun
mengajak adit pergi ke lapangan di dekat rumahku untuk bermain sepakbola . .
SOCIALIZE IT →