A. Pengertian Akhlak dan Budi Pekerti
1. Akhlak
Menurut dua
pakar dibidang akhlak yaitu Ibnu Misnawaih Al-Gazali dan Ahmad Amin menyatakan
bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Seseorang
dapat diartikan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi
dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan dan pemikiran apalagi
pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan untuk berbuat apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan
terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak (Dalam Encyclopedia Brittanica).
Ada 4 hal
yang harus ada apabila seseorang ingin berakhlak:
a.Perbuatan baik atau buruk
b.Kemampuan melakukan perbuatan
c. Kesadaran akan perbuatan itu
d. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk.[1]
Lingkungan
yang paling kecil adalah keluarga.Melalui keluargalah kepribadian seseorang
dapat terbentuk secara terminology. Seorang individu mempunyai akhlak
awalnya adalah hasil dari bimbingan orangtuanya dalam lingkungan
keluarganya,pengaruh yang tidak sengaja akan dapat diperoleh melalui pengamatan
pancaindera,yang tidak disadari masuk dalam pribadi anak atau individu. Oleh
karena akhlak merupakan sebagian cermin dari tingkah laku individu, maka
keberadaan akhlak itu harus tetap dibina dan diarahkan karena akhlak sebagai
penuntun kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Disinilah
pentingnya pembinaan akhlak terhadap anak guna mencapai tujuan yang
dikehendaki.[2]
2. Budi Pekerti
Budi pekerti
pada kamus bahasa Indonesia merupakan kata majemuk dari Budiyang berarti sadar atau yang
menyadarkan atau alat kesadaran.Kata budi ialah yang ada pada manusia yang
berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran rasio yang disebut
dengan nama karakter, sedangkan pekerti ialah apa yang terlihat pada manusia
karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior (prilaku). Jadi dari kedua kata tersebut budi pekerti dapat diartikan sebagai
perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah
laku manusia.[3]
Budi pekerti dapat didorong oleh kekuatan yang terdapat di dalam
hati.Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendaklah yang
disebut dengan perbuatan budi pekerti.[4]
B. Akhlak diKalangan
Mahasiswa
Berbagai ragam krisis akhlak dan
moral kini terus menular, merebak dan menjangkiti dalam masyarakat khususnya di
kalangan remaja.Apalagi yang paling menyedihkan ialah merosotnya akhlak para
remaja serta muda-mudi di negara ini. Lebih
mengejutkan lagi hal demikian turut melanda mahasiswa masa kini, yang mana
mereka ini adalah dikategorikan sebagai intelektual yang merupakan pelapis
negara yang kelak menjadi seorang pemimpin sekaligus diharapkan dapat
membangunkan dan memajukan negara ini pada suatu masa akandating (Agen Of
change). Pergaulan bebas antara lelaki dan perempuan dilihat menjadi penyumbang
kepada masalah kebejatan akhlak dalam masyarakat khususnya dikalangan
mahasiswa.
Semua
aktivititas yang membawa kepada keruntuhan akhlak perlu dihindari kerana akan
merusak pribadi dan nilai-nilai positif dalam diri seseorang individu. Dalam
konteks kehidupan mahasiswa, masalah yang begitu kental dihadapi oleh mereka
ialah kegagalan meluruskan perasaan dan emosi. Inilah yang membawa kepada
tindakan-tindakan seperti keinginan berdua-duaan dengan sang idaman hati tanpa batas
waktu, menghabiskan masa dengan berbual di telefon, pesanan ringkas (sms),
facebook, twitter, atau yang paling modern zaman ini (BBMan),bis jadi keluar
bersama sehingga lewat malam malah ada yang pergi ke disko atau cafe-cafe.
Perlakuan di atas sebenarnya adalah bibit-bibit permulaan yang akan membawa
kepada perlakuan yang lebih sumbang dan tidak berakhlak.[5]
Banyak ditemukan mahasiswa yang
terlibat dalam perbuatan zina, kehamilan diluar nikah dan akhirnya pengguguran
bayi, tawuran, demonstrasi memakai kekerasan, sehingga mengesampingkan pelajaran
yang sepatutnya diutamakan.[6]
Malangnya ada antara mahasiswa yang terlibat dalam gejala tidak bermoral ini
kebanyakan terdiri dari pelajar pintar yang menjadi harapan semua pihak
terutama ibu bapak dan keluarga. Perbuatan
yang dilakukan tidak hanya mencemarkan nama diri sendiri tetapi turut
mencemarkan nama baik ibu bapak di mata masyarakat. Insiden yang berlaku ini
sedikit sebanyak memperlihatkan bahwa mereka tidak mempunyai akhlak yang
teguh dan budi pekerti yang kukuh untuk menghadapi tantangan kehidupan
yang semakin berat.[7]
Dari
hasil penelitian yang dilakukan, Kebanyakan mereka yang terlibat dalam gejala
ini adalah karena terpengaruh dengan pengaruh rekan-rekan mereka.Selain daripada itu,
‘culture shock’ juga memyebabkan gejala ini berlaku.Gejala ‘culture shock’ ini
terjadi apabila mahasiswa yang berasal dari kampung jauh di pendalaman dan
seterusnya berada jauh dari ibu bapak, mudah terhasut dengan kawan-kawan
disekitarnya. Apabila mereka berada jauh dari ibu bapak, bagi
sebagian mahasiswa yang tidak mempunyai asas iman yang kuat pasti mudah
terlibat dalam gejala ini. Ingin mencoba sesuatu yang baru dan merasakan
sesuatu yang baru.ini yang menjadi pemicu utama mereka terlibat dalam gejala
sosial ini.
Kesempurnaan
perkembangan akhlak berkaitan dengan kesempurnaan perkembangan akal, kejiwaan
dan sosial.
Huzaifah meriwayatkan
Rasulullah s.a.w bersabda : "Janganlah kalian menjadi pak turut. Kalian
menyatakan kalau orang lain buat baik kalian buat baik. Kalau mereka jahat
kalian buat jahat.Akan tetapi mantapkanlah pendirian kalian.Jika orang baik
kalian wajar berbuat baik.Jika mereka melakukan kejahatan janganlah pula kalian
melakukan."[8]
Memperbanyakkan program-program yang
membina akhlak mahasiswa merupakan langkah yang baik dalam menanam akhlak yang
mulia di dalam diri setiap mahasiswa. Program-program seperti seminar, motivasi, kajian, trining dan sebagainya dilihat amat berguna bagi mahasiswa.
Namun, pihak kampus perlulah memilah dan memilih program yang akan diikuti oleh
mahasiswa yang tentunya dapat memberikan manfaat terhadap pembangunan
akhlak mahasiswa terutama yang berbentuk hiburan. Berhibur tidak salah asalkan
cara dan salurannya sesuai dengan sudut agama dan budaya masyarakat Islam.
Justru, perkara ini yang memerlukan perhatian lebih dari pihak kampus.
Institusi keluarga juga amat
penting, karena zaman sekarang kebanyakan orang tua tidak mempunyai waktu yang
cukup dengan anak-anak, atau mungkin bagi mereka yang datang dari daerah
tertentu mereka jarang bertemu dengan orang tuanya karena harus hidup di tempat
kos. Sebagaimana yang sepatutnya, pendidikan anak-anak adalah bermula sejak
kecil. Tanggungjawab ini terletak di bahu orang tua.Mereka terlalu memanjakan
anak-anak dan akhirnya terlupa memberikan didikan yang sempurna terutama
didikan agama.Pada hakikatnya, didikan yang sempurna sejak kecil adalah hal
terpenting dalam membina akhlak anak, kerana anak-anak diibaratkan seperti kain
putih yang suci dan orang tualah yang memberi corak, entah itu corak yang
cantik atau malah sebaliknya.[9]
Walaupun
telah memberikan didikan yang sempurna sejak kecil, orang tua hendaknya senantiasa
menjaga serta membina hubungan yang baik dengan anaknya sampai akhir hayat.
Dengan demikian, anak tersebut akan merasa mereka dihargai dan disayangi hingga
mereka telah dewasa.
Peranan semua pihak memang
diperlukan untuk meningkatkan akhlak dan budi pekerti mahasiswa dan
mengurangi gejala sosial yang tidak sehat ini. Sehingga menghasilkan mahasiswa
yang mempunyai nilai jual tinggi dimasyarakat dan dapat membanggakan negara,
agama dan keluarga.
C. Contoh Akhlak dan Budi Pekerti di Dunia Kampus
1.
Peran Akhlak dalam Kemajuan Pendidikan
Ibnu Khaidun dalam kitab Muqaddim dikemudian hari diperkuat oleh ahli Universitas
Harvard bahwa “sikap mental dan karakter bangsalah yang menentukan kemajuan dan
kemunduran culture matters”. Begitupun dalam ranah dunia pendidikan.Kemajuan
pendidikan di institusi manapun tergantung peran budi pekerti.Moral prilaku dan
akhlak semangat belajar. Ada beberapa pepatah di beberapa Negara yang
berhubungan tentang kesungguhan, seperti “siapa menanam dia akan menuai”
(pepatah melayu) “manjadda wa jadda” (pepatah Arab).[10]
Setiap orang
akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan. Suatu waktu seseorang
tersebut mendapatkan hasil yang tidak diinginkan bisa jadi
salah satu penyebabnya adalah kurangnya suatu kesungguhan dalam meraihnya.
Beberapa kampus ternama dalam negeri UGM, ITB dan UI memperlihatkan
keseriusan belajar mahasiswanya.Perpustakaan kampus buka hingga malam dan para
mahasiswa juga serius belajar disana.Wajar kiranya mendapat peringkat terbaik
nasional bahkan posisi ratusan dalam universitas terbaik dunia dan masih banyak
universitas dunia yang menduduki ranking universitas puluhan di dunia.
Bekarja keras adalah sebuah akhlak, sementara malas-malasan adalah dosa
yang disingkirkan dengan memotivasi diri serta doa harian. Untuk memotivasi
diri dilakukan dengan memasang target harian, bulanan, semesteran, tahunan dan
juga membiasakan diri berada dalam system dan lingkungan yang kondusif dan
kompetitif. Siapa yang bersungguh-sungguh dia yang mendapat dan siapa yang
menanam dia akan menuai. Itulah sunnatullah (Hukum Allah) yang berlaku di alam,
yang disingkat hukum alam.[11]
2.
Membangun
Akhlak
Mahasiswa
Menurut Syaikh Abdul Rahman al
Midani; akhlak manusia memang boleh berkembang dan boleh dibentuk dengan
berbagai cara. Salah satu dari cara-cara tersebut ialah melalui:
Latihan Amali dan
Amalan-Amalan Menjernihkan Batin
Pendidikan akhlak tidak hanya melalui penjelasan
mengenai nilai-nilai akhlak kepada masyarakat di mana mereka boleh memilih dan
menghargai nilai-nilai tersebut tetapi juga pendidikan akhlak dibuat
berdasarkan latih tubi, perlaksanaan atau penghayatan yang terus menerus. Walaupun pada awalnya dilaksanakan kerana arahan atau tekanan dari luar,
namun lama kelamaan hal tersebut akan menjadi kebiasaan dan tabiat.[12]
Manusia seharusnya berupaya memperolehi akhlak atau sifat yang mulia melalui
pendekatan ini:
1.
Meletakkan Diri dalam Lingkungan Orang yang Soleh
Lingkungan sosial dan budaya kerap mempengaruhi mahasiswa.Lingkungan
tersebut merangkum tradisi, model tingkah-laku serta rangsangan yang bersifat
akhlak. Manusia memang sering terpengaruh oleh lingkungan, dengan cara meniru
serta mencontohi figure yang diidolakan
oleh mereka. Tokoh seseorang dalam
lingkungan masyarakat yang baik serta soleh sudah tentu akan menyebabkan ia terpengaruh
dengan amalan dan etika yang dihayati oleh kumpulan tersebut. Ia akan berusaha
melaksanakan sesuatu yang disanjungi oleh lingkungan sekitarnya. Sebaliknya,
perbuatan yang dianggap keji oleh lingkungannya, ia akan berusaha keras untuk
menghindarinya.[13]
Mahasiswa
yang buruk ialah mahasiswa yang tidak melaksanakan syariat
Allah.Merekamenguatkuasakan peraturan dan undang-undang ciptaan manusia yang
menyimpang dari jalan Allah yang lurus. Dengan demikian, mahasiswa tersebut
sudah pasti akanberkembang di dalam masalah sosial yang tidak sehat. Mereka
akan terpengaruh dengan gejala-gejala kejahatan yang berkembang pesat dalam
lingkungan kampus yang dilanda oleh fenomena kebobrokan akhlak yang ada.[14]
2. Peranan
Media Massa
Media massa
merupakan satu mekanisme yang mempunyai pengaruh yang amat besar dan berkesan
di dalam pembentukan keperibadian manusia khususnya dikalangan mahasiswa. Ia
merupakan agen sosialisasi dan memainkan peranan penting di dalam menanam dan
menggalakkan amalan-amalan berakhlak di dalam masyarakat dan lingkungan kampus.
Media massa mampu menghipnotis siapapun yang terlibat didalamnya dan bahkan
beroperasi 24 jam. Media massa hendaklah mempunyai asas falsafah dan
dasar-dasar komunikasi yang selaras dengan nilai-nilai akhlak Islam. Para
petugas media massa hendaklah meningkatkan rasa akuntabiliti dan kewajiban
mereka untuk memihak dan menegakkan nilai-nilai luhur seperti kebenaran,
kejujuran dan sebagainya.
3. Peranan
Universitas (Kampus)
Universitas
mempunyai fungsi yang tersendiri dalam mendidik generasi baru dengan akhlak
Islam. Antara lain :
a.
Mempererat
tali silaturahmi antara mahasiswa dengan dosen maupun petugas dengan cara 3S
(senyum, sapa, salam) dalam setiap kegiatannya.
b.
Berpegang
teguh pada peraturan yang mempunyai nilai-nilai murni dan akhlak yang
baik.
c.
Memperbaiki prestasi mahasiswa dari
segi kualiti dan kuantiti, mendidik mereka dari segi agama, akhlak dan sosial
secara wajar, mempersiapkan mereka agar dapat memikul tugas dan tanggungjawab
yang akan mereka hadapi, disamping melatih mereka menghukum atau menilai diri
sendiri sebagai seorang yang berfikiran matang dan bebas.
Bimbingan dan nasihat yang lemah tetapi
tegas kadang-kadang lebih meninggalkan kesan didalam hati serta
dipatuhi.Hukuman atau penderaan bukanlah langkah utama yang merupakan
satu-satunya penyelesaian.Penderaan adalah langkah terakhir apabila contoh yang
baik, nasihat dan hubungan kasih saying antara mahasiswa dan orang tuanya atau
dosen tidak mampu lagi untuk digunakan.[15]
Rasulullah bersabda :
"Suruhlah anak-anak kamu
menunaikan solat ketika mereka berumur tujuh tahun dan pukullah mereka ( kerana
enggan sembahyang ) apabila umur mereka sepuluh tahun". (Hadith
diriwayatkan oleh Abu Daud).[16]
Demikianlah
dalam Islam pembelajaran tidak dimulai dengan rotan atau hukuman. Malah di
dahului oleh berbagai cara dan pendekatan untuk memupuk kebiasaan dan akhlak
yang terpuji. Apalagi seorang mahasiswa yang pastinya sudah mempunyai pandangan
hidup tersendiri.Harusnya dapat menilai suatu hal dengan lebih rasional.tidak
harus diperintah, tapi pihak universitas hanya mengingatkan dan membimbing agar
tidak terperosok dalam kebejatan akhlak masa kini.
Displin dilingkungan kampus
hendaklah dilaksanakan dengan semangat kerjasama.Dosen, staf universitas,
mahasiswa bahkan orang tua hendaklah sama-sama berperan aktif.Disamping itu
juga menyelesaikan bisa diusahakan dengan mengambil langkah pencegahan dan
mewujudkan suasana yang lebih positif.Ini didasarkan kepada prinsip “mencegah
lebih baik daripada mengobati”.
Antara langkah-langkah yang dapat
dilakukan oleh universitas dalam membangun akhlak ialah dengan mengadakan
kegiatan yang akan menyadarkan mahasiswa tentang perlunya akhlak dan budi
pekerti dimasa kini dan nanti.
4. Peranan Rekan Sebaya
Antara agen sosialisasi yang
berpengaruh di dalam membentuk sikap dan akhlak individu ialah Rekan sebaya.Rekan
sebaya merupakan kelompok rujukan bagi mahasiswa di dalam tingkah laku mereka.
Penelitian
menunjukkan bahwa masalah remaja lelaki dan perempuan adalah :
1. Kesukaran untuk
membincangkan permasalahan mereka dengan para ibubapak mereka dan para penjaga
mereka.
2. Kesukaran untuk
memberitahu orang tua dan penjaga mereka mengenai apa yang mereka lakukan.
3. Wujudnya jarak yang agak
lebar antara jalan pikiran mereka dengan jalan pemikiran orang tua dan penjaga
mereka.
Oleh kerana
itu golongan mahasiswa umpamanya sering merujuk rekan sebaya dan kelompok
sosial tertentu untuk mendapat bimbingan ke arah menyelesaikan masalah mereka.
Tidak pandai memilih rekan sebaya atau sahabat mengakibatkan musnahnya akhlak
di kalangan mahasiswa.
[4]Syeh Abu Bakar
Al-Jazairi, Mengenal Etika dan Akhlak Islam (Jakarta: Lentera, 2003),
56.
[5]Penelitian.
[8]Mohammad
Rifa’i, 300 Hadits Bekal Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim (Semarang:
Wicaksana, 1987), 57.
[9]Penelitian.
[10]Syeh Abu Bakar
Al-Jazairi, Mengenal Etika dan Akhlak Islam (Jakarta: Lentera, 2003),
44-45.
[14]KaharMasyhur,Meninjau
berbagai Ajaran; Budipekerti/Etika dengan Ajaran Islam(Jakarta: Kalam Mulia, 1986), 32.
[15]Ibid., 33.
[16]Mohammad
Rifa’i, 300 Hadits Bekal Dakwah dan Pembina Pribadi Muslim (Semarang:
Wicaksana, 1987), 79.
SOCIALIZE IT →