Hujan
mulai reda sedikit demi sedikit, hanya tinggal rintik-rintik. Tetapi awan
mendung masih menggeliat hitam kelabu di atas tempat kami berteduh, satu
persatu orang-orang mulai berkeliaran lagi di jalan raya. Aku melihat jam di
sebuah toko di depan tempat pemberhentian, tak terasa sudah hampir jam 2 siang.
“sudah
agak reda jeng.. mau balik sekarang?”, tanyaku memulai pembicaraan lagi. “sebentar
lagi lang.. nunggu bener-bener reda.. nanggung..” jawabnya, tepat seperti yang
kuharapkan. Aku bisa lebih lama menikmati keajaiban dunia ini, pikirku. Akupun ikut
menunggu sampai hujan benar-benar sudah reda.
Akhirnya,
tidak begitu lama kemudian hujan benar-benar berhenti. “ayo lang.. hujannya
udah berhenti..” ajeng menegurku sambil berdiri dari kursi. “ hehh…” jawabku
kaget. “malah bengong.. ayo pulang, hujannya sudah berhenti..” ajaknya sambil
mulai melangkah berjalan. Rumah kami memang searah kalau sedang jalan kaki. Akupun
berdiri dan sedikit berlari menyusulnya.
Akupun
berhasil menyusul dan berjalan di sampingnya. Saat di sampingnya aku sedikit
mendongak ke atas, terlihat sinar terang matahati dari arah barat malu-malu di
balik awan mendung untuk kembali menyinari bumi dan masih terlihat titik kecil
air yang berjatuhan.
Saat
berjalan kami hanya diam saja, tak ada satupun kata yang terbunyikan. Hanya berjalan
menikmati semua, itu yang ada dalam benakku. Setelah berjalan beberapa ratus
meter aku harus berbelok kekiri karena arah rumahku masi membelok ke kiri pasar
melewati sawah-sawah seperti yang pernah ku ceritakan. Sedangkan rumah ajeng
masih beberapa ratus meter lagi lurus, rumahnya masih dekat dengan pasar.
“dah..
lang..” salamnya sambil melambaikan tangan dan dia melanjutkan jalanya menuju
ke rumah. Aku hanya tersenyum sebagai jawaban. Akupun masih sempat diam
melihatnya berjalan menuju rumahnya. Seakan waktu lambat sekali berjalan. Melihatnya
dari belakang pemandangan yang sering ku lihat di sekolah tetapi sekarang aku
melihatnya saat pulang sekolah dan yang lebih istimewa aku melihatnya di pasar.
Aku masih terdiam melihatnya sampai dia tidak
lagi kelihatan. Setelah menghilang akupun mulai kembali berjalan menuju rumah. Sesampainya
di sawah aku melangkah sambil melamun dan tanpa sengaja terlihat warna-warni di
langit timur, melengkung indah dan ujungnya hilang di balik awan. Indah bukan
main. Itulah pelangi kawan.
Tidak
terasa aku sudah sampai di tengah-tengah persawahan dan sepatuku kotor dan
berat terkena tempelan tanah yang basah terkena hujan, dan sesuatu
mengingatkanku. Sore ini aku ada latihan sepak bola. Akupun berlari menuju rumah
. . .
Bersambung . . .
SOCIALIZE IT →