1. PENGERTIAN ONTOLOGI
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat
tentu juga akan mengalami dinamika dan perkembangan sesuai dengan
dinamika dan perkembangan ilmu-ilmu yang lain, yang biasanya mengalami
percabangan. Filsafat sebagi suatu disiplin ilmu telah melahirkan tiga
cabang kajian. Ketiga cabang kajian itu ialah teori hakikat (ontologi),
teori pengetahuan (epistimologi), dan teori nilai (aksiologi).
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha untuk menjawab
“apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan
merupakan ilmu mengenai esensi benda. Kata ontologi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic. Jadi, ontologi adalah The
Theory of Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh
satu perwujudan tertentu. Membahas tentang yang ada, yang universal, dan
menampilkan pemikiran semesta universal. Berupaya mencari inti yang
temuat dalam setiap kenyataan, dan menjelaskan yang ada yang meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya, sedangkan Jujun S. Suriasamantri
mengatakan bahwa ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa
jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian
mengenai yang “ada”. Menurut Sidi Gazalba, ontologi mempersoalkan sifat
dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu, disebut ilmu hakikat
yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama, ontologi mempersoalkan
tentang Tuhan. Amsal Bakhtiar dalam bukunya Filsafat Agama I mengatakan
ontologi berasal dari kata yang berwujud. Ontologi adalah teori/ilmu
tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Ontologi tak banyak berdasar
pada alam nyata, tetapi berdasar pada logika semata-mata.
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
• Menurut bahasa, ontologi berasal dari
Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Jadi, ontologi adalah
ilmu tentang yang ada.
• Menurut islitah, ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik
yang berbentuk jasmani/konkret, maupun rohani/abstrak.
Sebagai bagian dari filsafat, aksiologi atau
filsafat nilai dan penilaian, secara formal baru muncul pada abad
pertengahan abad ke-19. Meskipun sejak zaman Yunani Kuno,
masalah-masalah aksiologi telah dibicarakan orang, namun pembicaraannya
terlalu khusus dalam hubungannya dengan masalah tertentu, belum
berbicara mengenai aksiologi pada prinsipnya. Aksiologi mempunyai kaitan
dengan axia yang berarti nilai atau berharga. Jadi aksiologi dapat
diartikan sebagai wacana filosofis yang membicarakan nilai dan
penilaian.
2. PENGERTIAN AKSIOLOGI
Istilah axiology berasal dari kata axios
dan logos. Axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, logos atinya
akal, teori. Axiology artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,
kriteria, dan status metafisik dari nilai. Jadi aksiologi adalah cabang
filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.
Menurut Bramel, Aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu:
1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas
terlihat jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai
yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang
dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.
Estetika adalah kajian yang membahas teori
seni. (Yunani: aesthetikos dapat dimengerti; penerapan inderawi atau
bisa juga berarti pengamatan spiritual), suatu kajian sistematik tentang
sifat dari keindahan dan seni dalam bentuk normatif dan deskriptif.
Istilah estetika diperkenalkan oleh seorang filsuf Jerman bernama
Alexander Gottlieb Baumgarten (17 Juli 1714-26 Mei 1762) lewat karyanya,
Meditationes philosophicae de nonulis ad poepertinentibus (1735) yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Reflection on poetry
(1954). Baumgarten mengembangkan filsafat estetika yang didefinisikannya
sebagai ilmu pengetahuan tentang keindahan lewat karyanya yang berjudul
Aesthetica acromatica (1750-1758).
3.FILSAFAT PENGETAHUAN (EPISTEMOLOGI)
a. Pengertian Epistemologi Secara etimologi
epistemologi merupakan kata gabungan
yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan
logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti
pikiran, kata atau teori. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan
sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi dapat
juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (theory of
knowledges).
Istilah epistemologi dipakai pertama kali
oleh J.F. Feriere untuk membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu
ontologi (metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistemologi)
merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah
hakikat pengetahuan. Epistemologi merupakan bagian dari filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal
mula pengetahuan, batas-, batas, sifat-sifat dan kesahihan pengetahuan.
Objek material epistemologi adalah pengetahuan Objek formal
epistemologi adalah hakekat pengetahuan
Istilah lain yang setara dengan pengertian
epistemologi Logika material, usaha untuk menetapkan kebenaran dari
suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Lawannya adalah logika formal
(menyelidiki bentuk pemikiran yang masuk akal).
Kriteriologia: ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pemikiran atau pengetahuan tertentu.
Kritika Pengetahuan: pengetahuan yang
berdasarkan tinjauan secara mendalam, berusaha menentukan benar tidaknya
suatu pikiran atau pengetahuan manusia. Gnoseologia (gnosis =
keilahian) : ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang berusaha untuk
memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenai
pengetahuan yang bersifat keilahian.
Pengertian Pengetahuan (Etimologi) Secara
etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris :
knowledge, yang berarti kepercayaan yang benar. Episteme Dalam
pengetahuan harus ada subjek (kesadaran untuk mengetahui sesuatu) dan
objek (sesuatu yang dihadapi sebagai hal yang ingin diketahui).
Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya. Semua
pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia.
Pengertian Pengetahuan Menurut Sidi Gazalba:
pengetahuan (Terminologi) adalah apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu adalah hasil dari kenal, sadar, insyaf,
Dalam mengerti dan pandai. kamus filsafat: pengetauhuan adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya
sendiri.
4. TERJADINYA PENGETAHUAN
Terjadinya pengetahuan dapat a priori
bersifat: yang berarti pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau
melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun apengalaman batin.
posteriori pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Terjadinya pengetahuan menurut John Hospes:
1. Pengalaman indera (sense experience). Sumber pengetahuan yang berupa alat2 untuk menangkap objek
pengetahuan dari luar diri manusia melalui kekuatan indra.
2. Nalar (Reason), merupakan suatu corak berfikir untuk menggabungkan dua pengetahuan atau lebih
dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan baru.
3. Otoritas (authority), pengetahuan yang terjadi karena wibawa seseorang sehingga orang lain mempunyai
pengetahuan.
4. Intuisi (intuition), pengetahuan berasal dari kemampuan manusia yang berupa proses kejiwaan dengan
tanpa suatu rangsangan atau stimulus.
5. Wahyu (revelation), pengetahuan diperoleh dari kepercayaan terhadap sesuatu yang diyakini berasal dari
Tuhan melalui rasul.
6. Keyakinan (Faith). Keyakinan merupakan kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh
melalui kepercayaan.
Jenis PengetahuanMenurut Soemargono (1983), pengetahuan dibagi menjadi:
1. Pengetahuan non ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak termasuk ilmiah.
Biasanya berupa pengetahuan yang diperoleh dari alat panca indra, atau pengembangan dari pemikiran,
atau dari intuisi.
2. Pengetahuan ilmiah, biasanya disebut ilmu yang merupakan hasil pemahaman manusia dengan meng-
gunakan metode ilmiah.
Tingkatan pengetahuan menurut Plato :
1. Pengetahuan eikasia (khayalan), yaitu pengetahuan yang objeknya berupa bayangan atau gambaran.
Misalnya khayalan seseorang yang menjadi kaya.
2. Pengetahuan Pistis (substansial), yaitu pengetahuan yang mengenai hal-hal yang tampak dalam dunia
kenyataan atau hal-hal yang dapat diindrai secara langsung.
3. Pengetahuan dianoya (matematik/pikir), yaitu suatu pengetahuan yang tidak hanya pada objek yang yang
tampak, tetapi juga terletak pada bagaimanan cara berpikirnya.
4. Pengetahuan Noesis (filsafat), hampir sama dengan pengetahuan pikir, tetapi tidak lagi menggunakan
pertolongan gambar atau diagram tetapi sudah menggunakan pikiran yang sudah abstrak.
Jenis Pengetahuan menurut Aristoteles :
1. Pengetahuan produksi (seni)
2. Pengetahuan praktis (etika, ekonomi, politik)
3. Pengetahuan teoritis (fisika, matematika dan metafisika)
Jenis pengetahuan menurutBurhanuddin Salam:
1. Pengetahuan biasa (common sense), yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari
melalui inderawi.
2. Pengetahuan ilmu atau ilmu
3. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara kontemplatif dan spekulatif yang
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
4. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat rasul- Nya dan diyakini
kebenarannya.
Jenis PengetahuanMenurut Soemargono (1983), pengetahuan dibagi menjadi:
1. Pengetahuan non ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara yang tidak termasuk ilmiah.
Biasanya berupa pengetahuan yang diperoleh dari alat panca indra, atau pengembangan dari pemikiran,
atau dari intuisi.
2. Pengetahuan ilmiah, biasanya disebut ilmu yang merupakan hasil pemahaman manusia dengan
menggunakan metode ilmiah.
Plato membagi pengetahuan menurut tingkatannya, yaitu:
a. Pengetahuan eikasia (khayalan)
b. Pengetahuan Pistis (substansial)
c. Pengetahuan dianoya (matematik)
d. Pengetahuan Noesis (filsafat)
5. HAKEKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu,
Manusia mengembangkan pengetahuan untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan
hidupnya, dan tujuan hidupnya. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia
karena manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut dan kemampuan
berfikir menurut alur tertentu (nalar).
6. SUMBER PENGETAHUAN
a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah :
- akal (rasio).
- Pengalaman hanya dapat meneguhkan pengetahuan yg didapat dari akal.
- Metode pengetahuan bersifat deduktif.
- Filusufnya pengikut aliran ini antara lain: Rene Descartes, Spionoza dan Leebniz.
- Tiga ide yang ada pada manusia menurut Descartes:
(1) innate ideas, yaitu ide yg dibawa manusia sejak lahir,
(2) adventitous ideas, adalah ide yang berasal dari luar manusia, dan
(3) factitious ideas, yaitu ide yang dihasilkan fikiran itu sendiri.
b. Empirisme
Empeirikos = pengalaman (Yunani)
- Empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman batin maupun lahir.
- Akal hanya bertugas mengolah bahan
- bahan yang diperoleh dari pengalaman.
- Metode yang diterapkan adalah induktif.
- Filusuf aliran empirisme antara lain: John Locke, David Hume, William James.
c. Intuisi
Intuisi adalah hasil dari evolusi
pemahaman yang tertinggi. Pengetahuan intuisi diperoleh lewat
perenungan dan pemikiran yang konsisten Kemampuan intuisi mirip dengan
insting tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Intuisi
bersifat personal dan tidak bisa diramalkan Pengetahuan yang diperoleh
dari intuisi dapat digunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya
dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakan. Mirip
dengan intuisi adalah ilusi yang dalam slam disebut Ma’rifah, yaitu
pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran
d. Wahyu
Adalah pengetahuan yang disampaikan Tuhan
kepada manusia lewat perantaraan Nabi/Rasul Pengetahuan dari Wahyu
sangat diyakini kebenarannya karena datang dari Tuhan dan diberikan
melalui nabi yang suci jiwanya. Wahyu berisikan pengetahuan, baik
mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman, maupun
yang mencakup masalah yang transdental seperti penciptaan manusia,
kehidupan setelah mati. Bagi manusia, wahyu harus diyakini dulu
kebenarannya, baru kemudian dilakukan pengkajian-pengkajian untuk
mencari bukti-bukti atau logikanya.
7. ALIRAN DALAM PENGETAHUAN
a. Rasonalisme
- Aliran ini berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal
(rasio).
- Pengalaman hanya dapat meneguhkan pengetahuan yg didapat dari akal.- Metode pengetahuan bersifat
deduktif
- Filusufnya pengikut aliran ini antara lain: Rene Descartes, Spionoza dan Leebniz.
- Tiga ide yang ada pada manusia menurut Descartes:
(1) innate ideas, yaitu ide yg dibawa manusia sejak lahir,
(2) adventitous ideas, adalah ide yang berasal dari luar manusia, dan
(3) factitious ideas, yaitu ide yang dihasilkan fikiran itu sendiri.
b. Empirisme
Empeirikos = pengalaman (Yunani)
- Empiris atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman batin maupun lahir.
- Akal hanya bertugas mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman.
- Metode yang diterapkan adalah induktif.- Filusuf aliran empirisme antara lain: John Locke, David Hume,
William James.
c. Kritisme
- Aliran ini mencoba menengahi pertentangan antara empirisme dan rasionalisme.- Filusuf penggagasnya
adalah Immanuel Kant.
- Menurut Kant, peranan akal sangat besar, terutama dalam pengetahuan a priori, baik yang sintesis
maupun analisis. Peranan empiris pada pengetahuan aposteriori.
d. Positivisme
- Positivisme berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual dan yang positif.
- Yang kita ketahui secara positif adalah segala yang tampak, segala gejala-gejala.
- Kita tidak perlu mempertanyakan hakikat atau kepada penyebab sebenarnya dari gejala. Yang terpenting
adalah melihat fakta gejala tersebut dan menyelidiki hubungan satu sama lain dari gejala itu.
- Tokoh filusuf positivisme adalah August Comte. Menurutnya perkembangan pemikiran manusia itu berlang
sung dalam tiga tahap, yaitu teologis, metafisis dan ilmiah atau positif.
*Di Olah Dari Berbagai Sumber
SOCIALIZE IT →