Benar saja,
sesaat setelah meninggalkan sekolah gerimis satu persatu dan perlahan-lahan
turun dari awan mendung di atas, akupun sedikit berlari ke sebuah tempat
sederhana yang biasanya di pakai pemberhentian kendaraan umum di dekat pasar. Ternyata
di tempat itu sudah ada seorang perempuan dan seorang bapak tua yang entah
berteduh dari hujan atau memang akan naik kendaraan umum, yang sedang duduk di
kursi panjang yang ada di tempat pemberhentian itu.
Akupun ikut
berteduh dan duduk di kursi panjang itu. Biasanya aku suka hujan-hujanan
meskipun pakai seragam sekolah tetapi entah kenapa hari ini aku malas untuk hujan-hujanan.
Stelah itu aku memandangi orang-orang yang berlalu-lalang di jalan raya ada
yang berlarian di kejar hujan. Yang naik sepeda motor mengegas sepeda motor
sekencangnya seolah-olah di kejar polisi, sedangkan yang naik mobil santai seperti
biasa seolah di luar mobilnya tidak terjadi apa-apa.
Gerimispun sekarang
berubah menjadi hujan, di jalan raya mulai sepi dari lalu-lalang orang. Daripada
bengong akupun membeli permen karet di toko kecil di samping tempat
pemberhentian. Setelah itu aku kembali ke tempat dudukku semula, tak lama
berselang datanglah sesuatau yang menarik mataku, dia datang dari arah sekolah
berlari-lari kecil dengan mengangkat tasnya di atas kepala agar tidak terkena
hujan, airpun meloncat kekiri kanannya terkena sepatu yang sedang berlari.
Dan akhirnya
diapun sampai di tempat pemberhentian di mana ada aku sekarang. Tanpa basa-basi
diapun langsung duduk di sampingku, setelah mengusap rambutnya yang sedikit
basah terkena hujan. Di menyapaku, “hai lang..”. akupun sedikit kaget karena
sapaannya mengembalikan kesadaranku dari khayalan. “hai a.. jeng..” jawabku sedikit
terbata. Ya allah inikah alasanya kenapa tadi aku malas untuk hujan-hujanan. Dialah
keajaiban dunia yang pernah aku ceritakan.
Namanya ajeng
seorang anak perempuan yang hampir sempurna mungkin mendekati aisyah istri
nabi, kencana wungu abad 21, itu menurutku. Dia adalah bintang di kelas juga di
sekolah karena 2 tahun ini dialah juaranya dengan nilai tertinggi di sekolah
atau bahkan sepanjang sejarah sekolah kami. Dan wajahnya jangan Tanya lagi,
manis termanis dari seluruh wanita yang pernah ku lihat sejauh hidupku ini. Apalagi
jika dia tersenyum akan kelihtanlah gigi gingsulnya. Gerak-geriknya selalu
meminta perhatian orang. Matanya bersinar memancarkan kecerdasan. Dan yang
paling memikat adalah setitik hitam kecil bernama tahi lalat yang ada di pipi
kirinya. Menurut orang jawa orang yang memiliki tahi lalat di pipi adalah orang
yang di cintai banyak orang dan pintar berkomunikasi, dan benar semua itu ada
padanya. Sudah pernah ku bilang dia adalah kencana wungu abad 21.
Dia masih sibuk
membersihkan badannya dari air hujan, akupun memberanikan diri untuk mengobrol
dengannya. “kok nggak di jemput jeng?” tanyaku memulai pembicaraan. “nggak,
lagi pengen jalan kaki”. Jawabnya sambil menyelesaikan mengusap tangannya. “o…”
hanya itu yang keluar dari mulutku. “kamu juga kok jalan kaki lang?” tanyanya
sambil menatap jalan raya. “iya.. sudah biasa..” jawabku sambil menoleh
sebentar padanya setelah itu kembali menatap jalan raya yang tertimpa hujan.
“mau permen
karet?” tawarku sambil mengambil permen karet dari saku bajuku dan menjulurkan
tanganku. “oh iya.. terimakasih..” jawabnya sambil mengambil permen dari
telapak tanganku. Setelah mengunyah permen dia pun kembali menatap jalan raya. Dan
hujanpun semakin deras mengguyur, akupun mendongak ke atas, awan terlihat
kelabu menutupi sinar matahari. Akan lama hujan ini,pikirku.
“lang.. aku
boleh Tanya..” tiba-tiba ajeng bertanya. “heh.. iya boleh..” jawabku kaget. “kenapa
kamu kok sering tidur di kelas sih?” tanyannya sedikit mengagetkanku. “hehe..
nggak apa2.. ngantuk aja..” jawabku sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak
gatal. “kalau itu semua orang tahu lang.. kalau ngantuk ya tidur.. maksudku
saat pelajaran..” jawabnya sedikit tersenyum, membuatku melihat sebuah keindahan
sekali lagi. “ya.. bosen aja..” jawabku sekenanya. “o.. gurunya ngebosenin ya?”
tanyanya lagi. “seperti itulah..” jawabku.
Setelah itu
kamipun kembali menikmati pemandangan jalan raya yang sepi dari orang tapi
ramai oleh suara hujan. Dan melihat anak-anak kecil bermain hujan di seberang
jalan. Tidak lama kemudian hujan mulai reda dan tinggal gerimis rintik-rintik.
. .
Bersambung . . .
mantap
ReplyDelete