Selanjutnya Tidak ada yang menarik bagiku pak hartono menerangkan pelajaran lebih mirip seperti berpidato di depan pendengarnya dan tidak boleh ada yang menyela, teman- temanku diam tapi aku tidak yakin pikiran sadar mereka ada di sini yang terdengar hanya jam kelas yang berdetak seperti orang kehabisan nafas karena baterainya habis, menurutku seharusnya pelajaran matematika di hapuskan saja dari kurikulum di Indonesia atau minimal di beri jam yang sedikit saja karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan lagipula lebih banyak yang tidak suka, saat di hukum di depan kelas seperti ini yang sedikit menghiburku adalah melihat teman-temanku yang ogah-ogahan mengikuti pelajaran tetapi mereka memaksakan karena takut di semprot pak hartono.
Satu setengah jam kemudian terbebaslah semua dari keadaan hening karena bel pergantian pelajaran telah berbunyi, teman-teman telah kembali pada kesadaran pikiran mereka masing-masing, tokekpun mulai berbunyi seperti biasa dan pelajaran matematika hari ini ditutup dengan ancaman pak hartono kepadaku, “galang jangan ulangi lagi, sudah terlalu sering kamu terlambat. Kalau terlambat lagi bapak tidak segan menghukum kamu dengan hukuman yang lebih berat”. “siap, pak..” jawabku enteng. Setelah memberikan salam pak hartono keluar dari kelas.
Akupun menuju ke tempat dudukku di iringi say hai kepada teman-temanku, setelah melewati empat baris bangku aku baru sampai di tempat dudukku karena memang tempat dudukku berada di pojok kanan kelas di samping jendela kaca, inilah tempat favoritku di daalam kelas. karena aku bisa melihat ke arah luar di belakang sekolah yang terdapat 2 lapangan sederhana multifungsi untuk bermain basket, futsal, bulutangkis dan volley, sekarang terlihat anak-anak berseragam biru mungkin kelas VII baru selesai pelajaran olahraga. di bagian belakang sekolah lagi setelah melewati tembok pembatas sekolah terdapat sawah yang berderet-deret hijau milik penduduk desa.
Yang kedua karena aku bisa melihat seluruh bagian dalam kelas dari tempat dudukku, dalam kelasku terdapat 5 baris dan 3 bujur bangku yang setiap bangku terisi 2 anak, di samping kanan kiri terdapat tembok yang terpasang photo-photo pahlawan yaitu kartini, imam bondjol, cut nyak dien, diponegoro, ahmad yani dan sudirman. Di tembok belakang kelas terdapat gambar peta dunia yang cukup besar mungkin kira-kira ukuranya 1 X 1,5 meter, di bagian tembok depan terpampang photo pancasila yang berlambang seekor garuda di apit oleh bapak presiden RI mantan jenderal berbintang 4 yang berasal dari pacitan di samping kanan dan bapak wakil presiden RI seorang politisi yang berasal dari tanah Sulawesi di samping kiri. Di bagian bawahnya ada papan tulis besar berwarna hitam yang menyampaikan segala ilmu pengetahuan dari bapak dan ibu guru.
Dan jika aku melihat sedikit ke bawah papan tulis, terlihat salah satu pemandangan terindah ciptaan tuhan yang ada di dunia yang dalam sejarahnya pernah menimbulkan peperangan besar di dunia. Dia tidak menempel di tembok karena dia adalah makhluk hidup. Sebuah keindahan yang betah membuatku duduk berjam-jam. Wanita memang sebuah keajaiban di dunia seharusnya merekalah yang berhak masuk dalam 7 keajaiban dunia dan harus nomer 1.
Dan hari inipun seperti biasa, setelah duduk di bangku aku langsung bertopang dagu sambil memandang keindahan yang tak pernah bosan ku kagumi meskipun hanya dari belakang nagiku itu tetap keindahan yang terklalu mahal untuk di lupakan. Aku tidak berpikir atau membayangkan apapun, akau hanya menikmati apa yang ada itu saja. “galang..” suara temanku membuyarkan lamunanku. . .
Bersambung . . .
SOCIALIZE IT →